Merawat “BAYI” kopi Adakah ????
Menjemur kopi. Foto: Eko Widianto/ Mongabay Indonesia
Pekerjaan utama warga tiga desa sebagai petani kopi dengan kepemilikan lahan 0,25 hektar. Mereka menggantungkan hidup dari kopi, dan budidaya aneka buah seperti pisang, sirsak, dan manggis. Mereka juga merawat kambing dan ayam untuk tambahan penghasilan.
Saban hari, Heryanto beraktivitas di kebun kopi baik menyiangi
rumput atau gulma dan mengecek dahan tanaman.
Secara rutin, dia juga memangkas cabang atau dahan yang tak
produktif. Sedangkan pemupukan dua kali setahun, sebelum dan sesudah musim
hujan. Tak lupa memastikan tanaman naungan di sekitar kopi juga sehat antara
lain lamtoro dan kelapa.
Koperasi juga berinisiatif membentuk sekolah lapangan budidaya
kopi dan pengendalian hama terpadu sejak 2016. Tujuannya, meningkatkan
produktivitas karena banyak petani tak mengolah lahan dan merawat kopi secara
intensif.
Petani belajar teknik peremajaan tanaman kopi dengan sambung
samping (side
grafting). Dengan begitu bisa menyediakan bibit tanaman
berkualitas, tahan hama penyakit dan produksi melimpah.
Setelah bibit kopi berkualitas, petani harus rutin memangkas dahan
dan daun. Para petani juga belajar membuat nutrisi pupuk cair dan penerapan
pada tanaman kopi. Sekolah lapang diikuti 18 kelompok tani, terdiri dari 500
petani.
Usaha memperbaiki sistem budidaya tanaman kopi menunjukkan hasil.
Produktivitas kopi meningkat. Penghasilan petani meningkat 53% dari Rp27 juta
per hektar pertahun jadi Rp42 juta. Mulai 2015-2019, peningkatan produksi kopi
berkualitas terus melonjak jadi 50 ton per tahun. Juga ada peningkatan omset
penjualan Rp1,1 miliar jadi Rp2,1 miliar per tahun.
Kini, mereka mengembangkan budidaya kopi arabika dengan ketinggian
tanah antara 800 meter di atas permukaan laut (mdpl). Uji coba tengah dilakukan
agar bisa menghasilkan biji kopi arabika berkualitas.
Peneliti dan praktisi kopi Djoko Soemarno menyarankan, petani membuat lubang di dekat tanaman atau rorak. Berfungsi sebagai kantung air. Tujuannya untuk cadangan air saat kemarau atau aeroasi akar dengan harapan buah kopi makin lebat, besar dan terus menerus berproduksi tanpa jeda.
Tanaman kopi ditentukan oleh pengolahan lahan, penyediaan bibit
tanaman unggulan serta pengendalian hama dan penyakit. Jadi, semua proses harus
diperhatikan. Pemetikan buah kopi juga harus dipilih yang matang. Kalau petik
salah, kualitas biji kopi bisa merosot. Petani harus memilih hanya memetik biji
kopi merah dan masak sempurna.
“Biji kopi hijau akan rusak jika di-roasting. Gosong
menjadi arang,” katanya.
Kopi berkualitas
Setelah kopi dipetik, proses berlanjut ke sortasi. Dipilih hanya
buah kopi yang merah merona. Sedangkan buah kopi yang kuning apalagi hijau
dipisahkan.Selanjutnya berlanjut sesuai metode pemrosesan. Kopi Sridonoretno
tersedia proses secara natural,
honey, full wash atau wine.
Proses natural buah
kopi setelah dipetik, lalu jemur di bawah sinar matahari langsung. Biasa, buah
kopi disebar di papan anyaman bambu, di bolak-balik sampai kering merata.
Secara alamiah kulit ceri terkelupas. Ini teknik paling tua. Dengan proses ini,
cenderung keasaman rendah, dengan cita rasa kopi eksotis dan body lebih banyak.
Sedangkan proses full wash, kopi
diseleksi dengan cara perambangan. Buah kopi direndam dalam wadah berisi air,
hanya yang tenggelam yang terpilih. Buah kopi mengapung dipastikan cacat dan
dipisahkan.
Lantas pisahkan antara kopi kulit ceri dan buah dengan alat depulper atau
pengupas. Biji kopi yang terpisah dicuci dan rendam dalam bejana berisi air
agar sisa kulit luruh dan bersih. Berikutnya, proses pengeringan.
Untuk proses honey, kopi
dipisahkan antara kulit dengan biji pakai mesin pengupas. Sebagian mucilage atau lendir
dibiarkan menempel pada biji kopi, lanjut dengan pengeringan.
Untuk proses wine,
buah kopi dibungkus plastik kedap udara untuk fermentasi selama tiga bulan.
Setelah itu, buah kopi dikeringkan dengan jemur biasa seperti proses natural.
Koperasi memiliki enam unit pengolahan hasil (UPH) tersebar di
tiga desa. Buah kopi yang terkumpul dicatat, dihitung kemudian olah di UPH
untuk menjaga kualitas sesuai standar. Semua proses pasca panen di UPH dari
penyimpanan dan pemasaran.
UPH memastikan kualitas green bean (biji
hijau kopi) sesuai kebutuhan pelanggan. Biji kopi siap dipasarkan ke sejumlah
kedai kopi di seluruh nusantara. Sebagian biji kopi juga di-roasting (sangrai)
sesuai selera: dark,
medium atau light. Pembeli yang ingin buah tangan dalam bentuk
kopi bubuk, bisa langsung digiling dan kemas sesuai selera.
0 Comments:
Posting Komentar